Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik berupa sisa sayuran, daun, buah atau kulit buah. Pembuatan kompos tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya dibutuhkan persiapan pendahuluan dan ketelatenan, kalau sudah rutin pembuatan kompos tidak merepotkan bahkan menyenangkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, bahkan dijual untuk menambah nilai ekonomi.
Selasa, 19 April 2011
Cebol dan Bodoh
Bu Mijah tidak habis pikir. Maman, anaknya yang berusia tujuh tahun, pertumbuhannya tidak normal. Ia lebih pendek dari teman-teman seusianya. Maman juga terasuk bodoh, dan sulit mengingat pelajaran. Bu Mijah tidak habis pikir lagi , ketika seorang temannya bilang mungkin Maman salah makan garam!
”Salah makan garam? Apa hubungannya dengan perkembangan Maman? Tanya Bu Mijah. ”Pada dasarnya, Maman mungkin sudah kekurangan zat iodium. Sudah begitu mungkin Bu Mijah memasak juga tidak menggunakan garam beriodium,” kata bu Tumi temannya. Mereka bertemu ketika sama-sama mengantar anaknya sekolah.
Pada dasarnya Bu Mijah memang mengakui kalau ia tidak pernah membeli garam beriodium, kecuali garam ketengan yang harganya relatif lebih murah. Dan dia memeng tidak tahu manfaat garam beriodium itu lantaran memang minimnya pengetahuan dia. Tetapi mendengar kata iodium saja ia malah takut mengkonsumsinya, lantaran yang ia tahu iodium adalah sejenis obat luka. Ditambah lagi harga garam beriodium itu relatif mahal dibandimngkan dengan garam ketengan yang ia beli selama ini.
Dalam benak Bu Mijah, garamkan hanya sekedar pemberi rasa pada masakan saja. Karena itu ia tidak pernah memilih-milih garam yang penting rasanya asin. Namun Bu Mijah tidak sendirian. Masih banyak lagi orang yang sama sekali belum mengetahui manfaat garam beriodium bagi kesehatan. Dalam catatan survey tahun 2000 menunjukkan baru sekitar 69,9% rumah tangga yang memahami manfaat garam beriodium ini. Sisanya tidak peduli dengan masalah garam, karena ketidak tahuan mereka.(scrip : ide, diseminasi produk audio)
”Salah makan garam? Apa hubungannya dengan perkembangan Maman? Tanya Bu Mijah. ”Pada dasarnya, Maman mungkin sudah kekurangan zat iodium. Sudah begitu mungkin Bu Mijah memasak juga tidak menggunakan garam beriodium,” kata bu Tumi temannya. Mereka bertemu ketika sama-sama mengantar anaknya sekolah.
Pada dasarnya Bu Mijah memang mengakui kalau ia tidak pernah membeli garam beriodium, kecuali garam ketengan yang harganya relatif lebih murah. Dan dia memeng tidak tahu manfaat garam beriodium itu lantaran memang minimnya pengetahuan dia. Tetapi mendengar kata iodium saja ia malah takut mengkonsumsinya, lantaran yang ia tahu iodium adalah sejenis obat luka. Ditambah lagi harga garam beriodium itu relatif mahal dibandimngkan dengan garam ketengan yang ia beli selama ini.
Dalam benak Bu Mijah, garamkan hanya sekedar pemberi rasa pada masakan saja. Karena itu ia tidak pernah memilih-milih garam yang penting rasanya asin. Namun Bu Mijah tidak sendirian. Masih banyak lagi orang yang sama sekali belum mengetahui manfaat garam beriodium bagi kesehatan. Dalam catatan survey tahun 2000 menunjukkan baru sekitar 69,9% rumah tangga yang memahami manfaat garam beriodium ini. Sisanya tidak peduli dengan masalah garam, karena ketidak tahuan mereka.(scrip : ide, diseminasi produk audio)
Akibat Kekurangan Iodium
Salah satu masalah gizi yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah gangguan akibat kekurangan iodium atau GAKI. GAKI merupakan masalah yang sangat serius dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Survei pemetaan GAKI tahun 1998 menunjukkan 87 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah risiko kekurangan iodium. Diperkirakan 20 juta penduduk menderita penyakit gondok dan 290.000 kretin (cebol dan keterbelakangan mental), akibat kekurangan iodium. Ini berakhibat negatif pada susunan saraf pusat yang akan berpengaruh pada perkembangan otak, kecerdasan, dan dampak sosial/ekonomi masyarakat pada umumnya.
Selain mengakibatkan penurunan IQ, kekurangan iodium juga menyebabkan keguguran kandungan, gangguan perkembangan saraf, serta penyakit kretinisme yang menyebabkan orang menjadi cebol dan bodoh.
Karena itu, konsumsi iodium perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mencegah terjadinya generasi yang hilang (lost generation). Tiga macam strategi yang telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan jumlah penderita GAKI adalah: (1) memberikan suplemen kapsul minyak beriodium di daerah endemik, (2) program iodisasi garam, serta (3) diversifikasi konsumsi pangan sumber iodium.
Program pemberian suplemen kapsul beriodium merupakan program jangka pendek dan mahal biayanya, sehingga tidak mungkin dilakukan berkesinambungan. Program iodisasi garam masih terkendala akses terhadap distribusi garam beriodium.
Bertitik tolak dari belum berhasilnya penanggulangan masalah GAKI dengan program suplementasi kapsul beriodium dan iodisasi garam, dirasakan perlunya kehadiran program lain yang lebih membumi. Program itu melalui pendekatan food based, yaitu pengembangan diversifikasi konsumsi pangan yang secara alami memiliki kandungan iodium tinggi.
Selain mengakibatkan penurunan IQ, kekurangan iodium juga menyebabkan keguguran kandungan, gangguan perkembangan saraf, serta penyakit kretinisme yang menyebabkan orang menjadi cebol dan bodoh.
Karena itu, konsumsi iodium perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mencegah terjadinya generasi yang hilang (lost generation). Tiga macam strategi yang telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan jumlah penderita GAKI adalah: (1) memberikan suplemen kapsul minyak beriodium di daerah endemik, (2) program iodisasi garam, serta (3) diversifikasi konsumsi pangan sumber iodium.
Program pemberian suplemen kapsul beriodium merupakan program jangka pendek dan mahal biayanya, sehingga tidak mungkin dilakukan berkesinambungan. Program iodisasi garam masih terkendala akses terhadap distribusi garam beriodium.
Bertitik tolak dari belum berhasilnya penanggulangan masalah GAKI dengan program suplementasi kapsul beriodium dan iodisasi garam, dirasakan perlunya kehadiran program lain yang lebih membumi. Program itu melalui pendekatan food based, yaitu pengembangan diversifikasi konsumsi pangan yang secara alami memiliki kandungan iodium tinggi.
Langganan:
Postingan (Atom)