Bu Mijah tidak habis pikir. Maman, anaknya yang berusia tujuh tahun, pertumbuhannya tidak normal. Ia lebih pendek dari teman-teman seusianya. Maman juga terasuk bodoh, dan sulit mengingat pelajaran. Bu Mijah tidak habis pikir lagi , ketika seorang temannya bilang mungkin Maman salah makan garam!
”Salah makan garam? Apa hubungannya dengan perkembangan Maman? Tanya Bu Mijah. ”Pada dasarnya, Maman mungkin sudah kekurangan zat iodium. Sudah begitu mungkin Bu Mijah memasak juga tidak menggunakan garam beriodium,” kata bu Tumi temannya. Mereka bertemu ketika sama-sama mengantar anaknya sekolah.
Pada dasarnya Bu Mijah memang mengakui kalau ia tidak pernah membeli garam beriodium, kecuali garam ketengan yang harganya relatif lebih murah. Dan dia memeng tidak tahu manfaat garam beriodium itu lantaran memang minimnya pengetahuan dia. Tetapi mendengar kata iodium saja ia malah takut mengkonsumsinya, lantaran yang ia tahu iodium adalah sejenis obat luka. Ditambah lagi harga garam beriodium itu relatif mahal dibandimngkan dengan garam ketengan yang ia beli selama ini.
Dalam benak Bu Mijah, garamkan hanya sekedar pemberi rasa pada masakan saja. Karena itu ia tidak pernah memilih-milih garam yang penting rasanya asin. Namun Bu Mijah tidak sendirian. Masih banyak lagi orang yang sama sekali belum mengetahui manfaat garam beriodium bagi kesehatan. Dalam catatan survey tahun 2000 menunjukkan baru sekitar 69,9% rumah tangga yang memahami manfaat garam beriodium ini. Sisanya tidak peduli dengan masalah garam, karena ketidak tahuan mereka.(scrip : ide, diseminasi produk audio)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar